Indonesia Emas

Cerita dari seorang teman
Saya pernah bertemu dengan anak muda di Bandara. Usianya baru 32 tahun. Dia lulusan PTS di Surabaya.”
“ Mau kemana ? Tanya saya.
“ Ke Guangzho, om”
“ Ngapain ?
“ Beli barang.”
“ Mau dijual lagi ?
“ Ya “
“Kerja sama orang ?”
“Engga. Kerja sendiri. “
“ Wah hebat kamu.”
“ Modal kecil om.
“ Tetapi yang penting kamu ada kemauan untuk mandiri. Itu hebat.”
“ Tadi saya sempat kerja di perusahaan tambang batu bara. Sebagai marketing. Gaji sih lumayan besar. Terakhir gaji saya sebesar Rp 30 juta perbulan.
“ Gaji sebesar itu kenapa berhenti ?
“ Tadinya saya iseng iseng buka akun di Alibaba. Terus beli barang kecil kecilan di China. Listing di Alibaba. Eh engga tahunya, hanya seminggu laku dibeli orang. Lumayan untungnya,“
“ Kamu beli secara online di China?
“ Kalau online kan harganya lebih mahal. Saya datang langsung ke pabrik di China atau ke grosir. Terus, barang itu tidak saya bawa ke jakarta tetapi saya tempatkan di Hall Mart di Zhenzhen.”
“ Kamu baya sewa hall mart dong?
“ Ya tetapi dibayar setelah barang terjual.”
“ Gimana cara pengirimannya kalau ada pesanan”
“ Semua yang atur Hall Mart. Kita tinggal perintahkan kirim melalui aplikasi yang mereka sediakan. Barang akan dikirim. “
“ Wah hebat kamu.”
” Lumayanlah om. Setidaknya dari bisnis ini saya dapat income sebulan 20 kali dari gaji yang saya terima waktu kerja dulu.”
“ Hebat kamu.”
“Penghasilan selama 3 tahun saya tabung. Saya ada modal untuk ekspansi. Sekarang bukan hanya barang dari Cina, dari indonesia juga saya beli dan pasarkan melalui situs online. “
“ Mengapa kamu tertarik juga jual barang dari Indonesia ?
“ Produksi kita itu murah sekali om. Sangat bersaing di pasar international”
“ Tapi di Indonesia belum ada hall mart ?
“ Ya, saya sewa gudang di kawasan industri. Engga besar. Nah saya beli macem macem barang. Umumnya barang kebutuhan hari hari. Termasuk juga hasil pertanian seperti Powder ginger, molases. Kemudian saya pasarkan lewat online”
“ Apa engga takut bersaing dengan pabrikan?
“ Kan mereka jualnya partai besar. Saya kan retail”
“Oh gitu. Wah sekarang udah berapa omzetnya setahun?
“ Ya lumayanlah. Setidaknya keputusan saya berwirausaha tidak salah. Saya juga bisa memberi pekerjaan untuk orang lain. Dan beberapa industri kecil saya jadikan mitra dan bina pemasaran mereka. Saya bantu modal dan juga pasarkan. Ya sama sama untung lah.”
“ Hebat kamu.”
Dia menyalami saya ketika berpisah di Bandara Hong kong. Saya termenung lama. Melihat anak muda itu saya sangat optimis masa depan indonesia akan hebat.
Dia tidak mengutuki perubahan tetapi dia belajar dari perubahan untuk berkembang dalam semangat bersaing secara terhomat. Saya yakin ada banyak anak muda lain yang kaya raya akibat hadirnya tekhnologi 4.0.
Sementara ada pengusaha besar kelas konglomerat dan ada juga pengamat yang berusaha menakuti perubahan zaman akibat tekhnologi 4.0 dengan penuh paranoid dan dikaitkan dengan politik.
Padahal perubahan akibat tekhnologi 4.0 tidak ada kaitannya dengan geopolitik. Ini murni bisnis bagi siapa saja yang mau maju.