Menyelesaikan Masalah dengan Iman
Tergopoh-gopoh senior manager itu masuk ke ruangan saya. ‘Pak, boleh bicara, sebentar?’ tanyanya sambil terus melangkah ke meja kerja saya. ‘Ya, silahkan.’ jawab saya: ‘tapi jangan lama-lama ya, karena saya ditunggu di ruangan sebelah, ada rapat marketing.’
‘Bagini, Pak.’ sambil duduk ia mulai melaporkan: ‘ salah satu pelanggan utama kita complain keras karena …’ Ia melaporkan dengan detail kronologis sebuah kejadian yang akhirnya telah menyebabkan pelanggan tersebut kecewa. ‘Kalau masalah ini tidak terselesaikan segera, dapat dipastikan pelanggan ini akan berhenti menggunakan jasa kita, pak.’ Ia menutup laporannya dengan wajah yang sangat sedih.
‘Kumpulkan semua data dan catatan langkah-langkah yang sudah kita ambil.’ perintah saya: ‘ Kepada pihak pelanggan, kita harus tingkatkan komunikasi untuk melaporkan setiap progress terkini yang telah kita lakukan. Pada saat yang sama, kedalam kita harus segera dapat mengidentifikasi setiap kesalahan yang terjadi dan atas tanggung jawab siapa?’
‘Kita diberi waktu seminggu untuk membuat kesimpulan kejadian ini.’ lanjutnya: ‘ dan bapak diminta hadir untuk menjelaskan. Mungkin juga untuk menerima pemberitahuan penghentian hubungan pak.’ sambil menarik nafas dalam-dalam saya menjawab: ‘Baiklah, saya akan datang.’
Dalam menjalankan layanan yang melibatkan banyak orang, memang sulit menjaga konsistensi layanan, selain karena perspektif tentang disiplin standard prosedur yang terkadang masih berbeda antar pusat dan cabang, juga karena sejatinya manusia cenderung labil dan mudah khilaf. Secara umum hal ini diantisipasi dengan pembuatan system dan pelatihan yang terus menerus untuk meminimalisasi kesalahan. Kebijakan tentang reward and punishment diharapkan dapat membantu walaupun tidak menjamin 100%.
Sambil menunggu hari H, dimana saya bisa bertemu dengan pejabat dari perusahaan pelanggan yang bersangkutan, peristiwa tersebut terus menjadi pikiran saya. Saya terus menerus melakukan analisa rentetan kejadian kasus ini, saya sangat yakin tidak ada etika atau perilaku yang buruk dari pihak perusahaan dalam hal ini. Kekecewaan pelanggan dalam hal ini memang sudah terlanjur karena salah paham.
Karena itu saya berdoa dan memohon petunjuk Yang Maha Kuasa, agar kejadian ini tidak bertambah buruk bagi perusahaan. Doa saya mendapat jawaban dalam sebuah pertemuan pengajian rutin, ketika saya temukan petunjuk sebuah ayat yang berbunyi bahwa:
‘Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya) , jika kamu orang yang beriman.’ (Ali Imran 3:139).
Saya yakin perusahaan tidak ada niat buruk dalam kejadian itu, maka seharusnyalah saya tidak perlu takut atau merasa lemah menghadapi kasus ini. Saya sampat menjadi tenang dan lebih siap menghadapi pertemuan itu, tapi tiba-tiba saya merasa ragu lagi. Karena ada satu pertanyaan dalam hati yang belum bisa saya jawab, yakni: ‘ Apakah saya termasuk orang beriman?’
Hati saya kembali bimbang, Allah akan menyelamatkan orang-orang beriman, masalahnya apakah kita termasuk orang beriman? Keraguan saya kembali dijawab Allah, ketika membuka-buka Qur’an saya temukan sebuah ayat yang berbunyi:
‘Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah, dan jika ada kebajikan sekecil zarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar.’ (Annisaa 4:40).
Artinya kalau ada kebajikan kita sekecil apapun pastilah Allah perhitungkan. Semangat saya tumbuh lagi. Dan ketika kita akhirnya bertemu dengan pelanggan yang sangat penting itu. Pertemuan berjalan dengan lancar, dan kesalah pahaman cepat teratasi.
Tiga orang petinggi dari perusahaan pelanggan yang mengeluh berubah dimata saya bagaikan 3 malaikat yang penuh kasih sayang. Dan kita pasti di selamatkan Allah, kalau kita taqwa, ikhlas dan berikhtiar.
By M. Johari Zein, Direktur Pelaksana
December 2011
Jan 7, 2019 at 2:57 PM /
ikhlas membuat hidup manusia lebih bermakna untuk dunia dan akhirat.