Para Pahlawan JNE
Kalau ingin bicara tentang pahlawan dibalik kesuksesan JNE, cobalah simak fakta-fakta berikut.
Inisiatif mendirikan sebuah perusahaan pengiriman berkelas International datangnya dari Bapak Gideon Wiraseputra dan Alm. Irawan Saputra. Kedua beliau ini adalah anggota direksi CV Titipan Kilat tahun 1990. Idea ini kemudian di setujui Bpk Alm. Soeprapto Suparno, Dirut Titipan Kilat saat itu.
Kunci keberhasilan misi JNE menjadi tuan rumah di negeri sendiri adalah berkat ‘strategy’ yang di perintahkan Bapak Alm. Soeprapto Suparno, yakni senantiasa mengamalkan petunjuk Al-Qur’an, terutama Surat Al-Ma’un. Dan beliau juga selalu memberi contoh agar kita tidak menjadi pendusta agama, menyayangi anak yatim, membantu orang miskin, tidak berlaku riya dan taqwa menjalankan peran kita sesuai petunjuk agama.
Diawal berdirinya JNE hanya delapan karyawan. Yaitu: Alm. Irawan Saputra, Dirut, Johari Zein Direktur Pelaksana, Chandra Fireta Direktur Keuangan, Totok Sugiarto, Custom Clearance (operation), Mukmin, Driver. Isman, kurir. Hendro, kurir dan Sakim, kurir. Modalnya hanya seratus juta Rupiah, sudah termasuk ongkos sewa kantor dua tahun, alat kantor dan mobil operasional.
Pahlawan JNE adalah mereka yang bekerja dengan sungguh-sungguh, mengorbankan waktu, kesehatan serta keluarga tanpa pamrih. Untuk model seperti itu, sampai hari ini pastilah banyak nama yang bisa kita sebutkan. Mereka yang mengejar waktu dibawah terik matahari dan derasnya hujan. Mereka yang harus meninggalkan anak tanpa pengasuh karena harus piket. Mereka yang harus lembur karena kiriman sedang banyak. Dan masih banyak lagi, kisah heroic dibalik pengabdian Ksatria JNE.
Dibalik kisah para Ksatria dan Srikandi JNE yang harum dan membanggakan, tentunya adapula kisah sedih dan busuk seperti penghianatan, penipuan dan pencurian. Kisah mereka yang tidak mau belajar, takabur dan haus kekuasaan. Kisah mereka yang korup dan menzolimi sesama teman. Mereka inilah pendusta agama.